Alkisah di suatu desa terpencil hidup
lah seorang janda dan kedua putrinya, dengan kondisi kehidupan yang
memprihatinkan. Janda tersebut dijuluki dengan sebutan Mak Uteh. Sedangkan
putri yang pertama bernama syafa dan putri yang kedua bernama si marwah atau
biasa di panggil bungsu. Si syafa berwatak pemarah dan suka jail terhadap
adiknya, sedangkan Marwah lemah lembut dan Sholeha.
Untuk menghidupi kedua putrinya ia
mati-matian mencari sesuap nasi dengan mencari kayu bakar di hutan. Dengan
usianya yang sudah renta, ia tak kunjung lelah berusaha dan terus berusaha.
Pada suatu hari kedua putrinya ikut
membantu ibunya mencari kayu di hutan. Tengah asyik mencari kayu bakar, tiba-tiba
syafa berteriak histeris. Karena mendapati dirinya dalam bahaya, seekor ular
besar sedang memperhatikannya. Tampak nya ular tersebut kelihatan lapar dan
segera ingin memangsa nya. Si bungsu mendengar teriakan kakaknya segera berlari
dan memanggil nya, “kak, ada apa gerangan berteriak seperti itu ? dengan nafas
terengah-engah. Tanpa basa basi syafa langsung berkata “ nggak lihat apa ada
ular yang mau memakan ku “, dengan nada tinggi. Si bungsu mendengar ucapan
kakak nya lalu mengusap dada dan berkata, “ astaghfirullahalazim, bagaimana ini
kak ? apa yang harus kita lakukan. Ular itu semakin mendekat kearah syafa, si
bungsu berusaha mencari kayu untuk mengusir ular tersebut. Tetapi anehnya ular
tersebut malah mendekat dan terus berjalan kearah syafa. Syafa yang ketakutan
langsung berteriak meminta tolong, “tolong... tolong ... tolong saya, ada ular
besar ingin memangsaku”. Suara syafa terdengar oleh ibunya. Sementara si bungsu
terus berusaha dan berdo’a untuk menolong kakak nya. Ibunya tertatih-tatih berjalan
untuk menyelamatkan putri kesayangannya, sambil menghela nafas yang panjang dan
sedikit kebingungan.
Tanpa berfikir panjang sang ibu menghempaskan kayu ke arah
ular tersebut dan mengenai badan sang ular, akhirnya ular tersebut berhasil di
usir oleh ibunya. Lalu syafa dan marwah memeluk ibunya. Syafa yang kelihatan
pucat karena ketakutan sekarang bisa menghela nafas yang panjang sambil
berkata. “makasi mak udah selamatin syafa, syafa nggak tau apa yang akan
terjadi sama syafa kalau mak nggak ada , sambil menangis. Ibunya tersenyum dan
berkata “ udah jangan nangis lagi, udah kewajibanku untuk menjaga kalian,
sambil mengusap kepala syafa dan marwah dan mencium nya.
Jelang
beberapa jam kemudian, kayu bakar yang dikumpulkan pun sudah banyak dan siap
untuk dijual dipasar. Tugas menjual kayu tersebut adalah tugas bungsu sedangkan
kakaknya menyiapkan makanan untuk makan
sehari-hari. Sesampai dipasar sibungsu terpesona melihat sebuah kerudung
berwarna biru, timbul keinginan dihati untuk memakai kerudung tersebut. Tetapi
ia berpikir darimana mendapatkan uang untuk membeli kerudung sebagus itu,
sedangkan uang hasil penjualan kayu bakar digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Tiba-tiba datang seorang pemuda tampan dengan wajah yang berseri
dan girang. Ia pun bertanya kepada si bungsu, “ ada apa gerangan kok kamu
kelihatan murung ?
Sibungsu
dengan wajah lugunya berkata, “ tidak ada apa-apa kisana , hanya saja saya
menginginkan kerudung yang indah di pasar tadi. Tetapi saya tidak punya uang,
dengan wajah agak sedikit kemerah-merahan. Si pemuda tersebut tersenyum dan
berkata, “ ternyata masih ada wanita yang ingin menutup aurat seperti kamu.
Orang-orang diluar sana berlomba-lomba untuk menebar pesona untuk menarik hati
para lelaki, sedangkan kamu tidak seperti mereka”. “kisana ini bisa saja,
menutup aurat itu sudah kewajiban kita sebagai umat muslim” sela si bungsu.
Tanpa basa basi tiba-tiba sipemuda tersebut membeli kerudung itu dan diberikan
kepada si bungsu. Ternyata sang pemuda itu tersentuh hati nya dan mulai
menyukai gadis tersebut. Si bungsu menerima dengan senang hati dan berterima kasih
kepada pemuda tersebut.
Keesokan harinya, seperti biasa si
bungsu menjual kayu yang di carinya. Dengan menggunakan kerudung pemberian dari
pemuda tersebut. Dengan kerudungnya menambah seri wajah gadis mungil itu.
Tiba-tiba si gadis ini bertemu lagi dengan pemuda tersebut, kemudian pemuda
tersebut terpesona dengan kecantikan si bungsu dan berencana untuk menikahinya.
Si bungsu pun memberitahukan hal ini kepada ibunya. Akhirnya pemuda itu
dipertemukan kepada ibunya si bungsu, dan ibu si bungsu menerima kehadiran
pemuda tersebut dan berpesan “ jaga baik-baik putri kesayanganku ya nak, jangan
sakiti hatinya”. Pemuda itu pun menjawab dengan tegas “ ya bu, tidak mungkin
saya menyakiti wanita sebaik marwah bu. Saya tidak akan mengecewakan ibu”. Ibu
yang mendengar pernyataan pemuda itu pun merasa senang.
Akhirnya mereka pun
menikah dan hidup bahagia. Dengan adanya pemuda tampan tersebut mengurangi
beban ibu untuk menghidupi anaknya, karena sang ibu tidak dianjurkan untuk
bekerja lagi oleh menantu dan anak-anak nya. Kehidupan mereka pun berubah
menjadi lebih baik lagi. Si bungsu dan pemuda tersebut dikaruniai dua orang
anak.
Akhirnya keluarga sibungsu dan pemuda
itu hidup bahagia selamanya.
Inilah
kisah sibungsu dan pemuda tampan semoga dapat diambil hikmahnya.
By : Reni Desmawanti, Mahasiswi Politeknik Negeri Bengkalis.....
0 komentar:
Posting Komentar